Minggu, 21 Juni 2015

Makalah Tentang Mengenal Dan Melestarikan budaya Lokal Cirebon

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dari sudut sejarah Cirebon merupakan kota perdagangan di pesisir utara Pulau Jawa.Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya. Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 3.735,82 hektar atau ±37 km2. Kota Cirebon merupakan dataran rendah dengan ketinggian bervariasi antara 0-150 meter di atas permukaan laut. Kota Cirebon termasuk dalam iklim tropis dengan suhu udara rata-rata 28°C.  Cirebon memiliki berbagai macam budaya khas diantaranya: Tayuban, Tarling, Sintren, Tari topeng, Gambyung, Lukisan kaca, Batik  dan lain-lain.
Akan tetapi pada jaman modern saat ini sangat jarang menemukan kebudayaan yang ada di Cirebon karena tidak banyak generasi muda yang mau melestarikan kebudayaan Cirebon oleh karena itu generasi muda di Cirebon yang telah di pengaruh oleh budaya asing. Seperti: Modern dance, K-pop, Hip hop, Tango, Balet dan lain-lain. Mereka lebih menyukai budaya asing dibandingkan dengan budaya lokal. Hal ini sangat memperhatinkan karena jika generasi muda tidak lagi mengenal budaya lokal maka lambat laun budaya-budaya di Indonesia terancam punah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja masalah yang timbul ketika menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal Cirebon ?
2.      Bagaimana peran murid sanggar dalam melestarikan budaya lokal Cirebon ?
3.      Bagaimana solusi dalam memelihara budaya lokal Cirebon ?

C.     Tujuan
1.      Untuk dapat menumbuhkan rasa kecintaan terhadap budaya lokal Cirebon.
2.      Untuk mengetahui bagaimana peran murid sanggar dalam melestarikan budaya lokal Cirebon.
3.      Untuk mengetahui solusi dalam memelihara budaya lokal Cirebon.

D.    Manfaat
       Berdasarkan penelitian yang penulis adakan, terdapat beberapa manfaat untuk pembaca, penulis dan masyarakat. Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tambahan serta dapat dijadikan bahan referensi dalam menambah wawasan pengetahuan mengenai pengertian budaya lokal, macam-macam budaya lokal yang ada di daerah Cirebon.


















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1.      Pengertian budaya lokal
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi .(kesusastraan Cirebon : Untung Raharjo, S.Sos, 2005: hlm9) budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit yang termasuk system agama, adat istiadat, bahasa ,perkakas , pakaian, bangunan dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.Sedangkan Budaya lokal adalah budaya asli dari suatu kelompok masyarakat tertentu yang juga menjadi ciri khas dari sebuah kelompok masyarakat daerah. Budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh suatu wilayah atau daerah dan mencerminkan keadaan sosial suatu wilayahnya atau daerahnya yang berkembang secara turun temurun.

2.      Macam-macam budaya lokal di Cirebon dan pengertiannya.
a.    Tayuban adalah kesenian yang lahir di lingkungan keraton dan digunakan untuk menghormati tamu-tamu agung juga digunakan untuk acara penting seperti perkawinan, peringatan ulang tahun dari anggota kerajaan.
b.    Tarlingadalah pertunjukan kesenian musik yang disertai dengan drama pendek tarling. Nama tarling merupakan gabungan dari 2 jenis alat musik yaitu gitar dan suling.
c.    Sintren adalah kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon. Kesenian ini terkenal di pesisir pantai utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain Cirebon, Indramayu, Jatibarang,  Majalengka, Kabupaten Kuningan, Banyumas dan Pekalongan. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian yang beraroma mistis/ magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono yang bertemu dialam gaib berkat bantuan bidadari yang merasuki tubuh sulasih yang mendadak menjadi cantik dan akan menari jika ada alunan music dan akan jatuh jika tubuhnya terkena uang logam dan akan sadar ketika ada pawing yang membacakan mantra.
d.   Gambyungmerupakan sebuah pertunjukan yang biasanya ada pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan 1 Syuro yang digelar di sekitar tempat ibadah.
e.    Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa).Ciri khas batik Cirebon yaitu mega mendung. Pada jaman dahulu perempuan menunjukkan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya Batik Cap yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak Mega Mendung, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

f.     Tari Topeng adalah salah satu tarian tradisional yang berkembang di wilayah Parahyangan, Tari topeng di ciptakan oleh Sultan Sunan Gunung Jati yang berasal dari Cirebon, ketika  Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon terjadilah serangan dari Pangeran Welang dari karawang. Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang yang diberinama Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon melawan kesaktian Pangeran Welang dengan cara diplomasi kesenian. Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta kepada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu sebagai pertanda cinta. Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilanngan kesaktiannya dan kemudain menyerahkan kepada Sunan  Gunung Jati. Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama tari topeng dan masih berkembang hingga sekarang. Selain sebagai media hiburan tarian ini juga pernah dijadikan media komunikasi dakwah islam di Cirebon pada jaman dahulu.  Tari Topeng adalah kesenian tari yang menggunakan topeng diiringi oleh alunan musik, dan warna dari masing-masing topeng tersebut menceminkan watak dari topeng yang digunakan merah berati jahat, putih berarti baik. Jenis-jenis Tari Topeng Cirebon ada lima yaitu:
1.    Tari Topeng Panji
Yaitu jenis tari topeng yang menggambarkan kesucian manusia yang baru lahir, gerakannya halus dan lembut dan tidak semua anggota badan di gerakkan. Topeng yang digunakan yaitu berwarna putih mulus.

2.    Tari Topeng Samba
Yaitu jenis tari topeng yang menggambarkan kelincahan manusia dimasa kanak-kanak , sikapnya lucu lincah dan luwes. Topengnya berwarna putih dan sedikit terpancar kesan bandel.
3.    Tari Topeng Rumyang
Yaitu jenis tari topeng yang menggambarkan kehidupan seorang remaja pada masa akhil baligh. Warna topengnya putih sedikit warna merah.
4.    Tari Topeng Temanggung
Yaitu jenis tari topeng yang menggambarkan manusia yang sudah menginjak dewasa dan telah menemukan jati dirinya , sikapnya tegas, berkepribadian, bertanggung jawab, dan memiliki jiwa korsa dan paripuna.
5.    Tari Topeng Kelana
Yaitu jenis tari yang melambangkan sifat angkara murka yang terdapat pada diri manusia.

3.      Masalah yang timbul dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap tari topeng.
a.    Perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern (lebih memilih kebudayaan yang baru)
Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. Begitu banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal tersingkir dimasa sekarang ini, misalnya dengan masuknya budaya asing yang berasal dari televisi, internet yang memudahkan masyarakat untuk mengakses atau mengetahui berbagai macam budaya baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri karena begitu mudah dan praktis untuk di akses sehingga tak sedikit orang terpengaruh dan mengikuti kebiasaan budaya yang dilihatnya yang biasanya berupa perilaku, ucapan sampai tarian lagu lagu juga di ketahuinya. Sedangkan budaya lokal itu sangat jarang di temukan yang akan ada jika ada acara-acara tertentu saja yang tentunya dengan biaya yang sangat besar.
b.    Masuknya budaya asing
Masuknya budaya asing adalah hal yang wajar dikarenakan suatu negara tentu akan membutuhkan input-input berupa budaya asing dengan syarat budaya itu sejalan dengan budaya kita ini, masuknya budaya asing membawa dampak buruk bagi para remaja contonya para remaja lebih menyukai lagu-lagu barat daripada kesenian tarling yang ada di daerah Cirebon dengan alasan bahwa tarling tersebut identik dengan para orang tua sehingga para remaja itu kurang cocok untuk mendengarkan tarling, selain itu para remaja juga lebih menyukai menonton drama korea dari pada untuk menonton tari topeng dengan alasan bahwa drama korea itu mudah dijumpai dan ceritanya juga menarik sedangkan tari topeng hanya tarian saja dan sulit dimengerti apa maksudnya. Sehingga para remaja tidak mau mempelajari budaya local karena sangat sulit dilakukan, membutuhkan waktu lama tentunya juga karena jaman sekarang ini masyarakat lebih bersifat materialistik sehingga untuk bisa mempelajari budaya lokal membutuhkan biaya yang lumayan banyak.
c.    Minimnya Kesadaran terhadap budaya local
Seiring dengan perubahan zaman mayoritas masyarakat tidak sadar akan hadirnya budaya lokal yang muncul secara turun temurun dari pala leluhur terutama dikalang generasi muda yang dipercaya akan memperbaiki nasib bangsa jika diarahkan ke jalan yang benar. Generasi muda pada zaman saat ini hanya sedikit yang mengetahui kebudayaan lokalyang ada di daerahnya tersebut .sisa nya generasi muda lebih membanggakan dan mengagumi budaya yang berasal dari luar. Seperti mereka rela mempelajari tari balet, modern dance, dll. tanpa melirik terhadap budaya yang ada di daerahnya sehingga budaya lokal terancam punah.


4.      Cara untuk melestarikan budaya
Kebudayaan dapat dapat dilestarikan dalam dua bentuk yaitu:
a.    Culture experience
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedallam sebuah pengalaman cultural, jikan budaya tersebut berbentuk tarian  maka masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut dengan demikian setiap tahunnya selalu dijaga kelestarian budaya tersebut.
b.   Culture knowledge
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasikan kedalam banyak benuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para generasi muda dapat mengetahui tentang kebudayaannya sendiri.
Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan kebudayaan dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh Negara-negara lain. Penyakit masyarakat ini adalah terkadang tidak bangga terhadap produk atau kebudayaan  Negara sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya luar yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita. Budaya daerah banyak yang hilang dikikisjaman. Oleh sebab itu kita sendiri yang tidak mau mempelajari dan melestarikannya, akibatnya kita baru bersuara ketika Negara lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam.
Selain itu peran pemeintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting. Bagaimanapun juga pemerintah memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya pelestarian  budaya lokal. Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian budaya. Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas di dukung adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan daerah di setiap event-event tertentu. Semua itu harusa dilakukan sebagai upaya pengenalan budaya lokkal kepada generasi muda.  Demikian juga dengan melalui jalur pendidikan dengan muatan kecintaan terhadap budaya lokal.
5.      Solusi dalam memelihara budaya lokal Cirebon.
Dari beberapa masalah diatas terdapat solusi agar budaya lokal bisa terus ada sampai kapannpun dengan cara pelestarian, diantaranya yaitu:
a.    Memperkenalkan macam- macam budaya lokal kepada masyarakat luas dengan cara mengadakan festival-festival yang diselenggaran oleh pihak kesenian yang didukung oleh pemerintah baik dalam penyediaan dana maupun fasilitas yang lainnya karena kegiatan ini juga merupakan tanggung jawab pemerintah dalam melestarikan kebudayaan lokal.macam- macam budaya lokalnya adalah sebagai berikut: tayuban, gamyung, batik, lukis kaca, tarling, sintren , tari topeng dan lain-lain.
b.   Melalui jalur pendidikan yang bermuatan lokal. Menerapkan ekstrakulikuler seperti tari topeng, batik, lukis kaca, tarling, dll. Agar generasi muda mengetahui dan mempraktikan kebudayaan lokal pada kehidupan sehari-hari dan generasi muda yang berbakat akan dikenali oleh masyarakat dengan keahlian nya dalam mempelajari budaya lokal tersebut, sehingga ketika ada acara tertentu generasi muda tersebut diminta untuk menampilkan kahliannya tersebut dan tentunya itu hal yang sangat membanggakan.
c.    Melalui sanggar seni Mereka berusaha melestarikan budaya local dengan carabekerja sama dengan pemerintah, sekolah dan pihak lain dalam mempromosikan keahliannya tersebut agar bisa memikat generasi muda yang mempunyai kesadaran terhadap budaya lokal dan generasi muda yang berpikir positif yang penuh dengan rasa ingin tahu terhadap budaya lokal tersebut, serta generasi muda yang aktif.sehingga  melalui sanggar seni kebudayaan lokal terselamatkan dari perubahan perilaku masyarakat.


BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A.    Metode Penelitian
Dalam penelitian kali ini menggunakan metode Kuantitatif karena metode ini bersifat ilmiah yang kongkrit, obyektif, terukur rasional dan sistematis karena penelitian berupa angka – angka dan dianalisis menggunakan statistik dan penelitiannya berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Selanjutnya menggunakan metode kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.
B.     Lokasi
Dalam penelitian ini dilaksanakan di Sanggar seni sekar pandan komplek keratonan kacirebonan Jl. Pulasaren No.74, sanggar seni sekar pandan adalah sebuah sanggar yang berlokasi di komplek keratonan kacirebonan Jl.pulasaren-cirebon yang berdiri pada tahun 1992 dan dikelola oleh putra putri daerah keratonan kacirebonan sampai sekarang sanggar seni sekar pandan telah melatih ratusan anak didik dan juga menjadi pusat pelestarian seni dan budaya Cirebon. Sanggar seni sekar pandan juga telah banyak mendidik mahasiswa asing dari berbagai Negara.
C.     Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan data yang cirinya akan diduga  dan pada penelitian kali ini populasi yang berjumlah 210. Dan dalam penelitian ini mengambil sampel data dari para murid di Sanggar tersebut sejumlah 20 murid.
D.    Kumpulan data
Pada penelitian kali ini menggunakan teknik sebagai berikut:
Yang terdiri dari kuesioner atau daftar pertanyaan tertulis yang diajukan kepada siswi seni tari sekar pandan dan selanjutnya adalah teknik pengambilan data melalui wawacara atau pengambilan data yang dilakukan secara tatap muka dengan pelatihnya dan jawabannya akan dicatat dan dirangkum.
E.     Teknik Analisis Data
Dalam penelitaian ini untuk kuesioner diambil dari pupulasi yaitu terdapat 20 responden yang nantinya akan diujikan kepada 20 reponden tersebut yang nantinya hasil kuesioner tersebut akan dijabarkan melalui diagram lingkaran .Untuk wawancara diajukan untuk pelatih sanggar seni sekar pandan dan pelatih yang akan diwawancarai berjumlah 1 orang.
























BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.    Hasilpenelitian
Penelitian yang menggunakan teknik wawancara dan Kuesioner yang diajukan kepada Pelatih dan siswi sanggar seni sekar pandan terutama pada kesenian tari topeng yang dilakukan pada hari Senin tanggal 23 Maret 2015 pada pukul 15.00 WIB.

1.    Ketertatikan terhadap Tari Topeng
Pada dasarnya untuk dapat lebih mengenal dan dapat melestarikan budaya lokal atau budaya sendiri agar tidak hilang serta dilupakan terutama oleh masyarakatnya sendiri.
        
Terdapat 5% siswa yang mengakui “Tidak Senang” terhadap tari topeng yang mayoritas beralasan bahwa Tari topeng sangat melelahkan, dan terdapat 20% yang mengaku “Cukup Senang” terhadap tari topeng karena Beralasan tari topeng sedikit menghibur dan 30% mengaku “Senang” terhadap tari topeng karena  dalam mempelajari tari topeng bisa menambah pengalaman dan 45 % mengaku “Sangat Senang” dalam mempelajari tari topeng  Karena tari topeng bisa mempererat tali sillaturahmi dan bisa menambah pengalaman serta dengan mempelajari tari topeng bisa melestarikan kebudayaan agar tidak punah dan diambil oleh Negara lain.

2.    Kebanggaan mempelajari tari topeng
Dengan mempelajari tari topeng sama saja artinya melestarikan kebudayaan tersebut sehingga patut berbangga untuk setiap orang yang dapat melakukannya, walau hanya untuk mempelajari kebudayaan tersebut untuk diri sendiri maupun kepentingan orang lain.

                               
Pada nomor 6 terdapat 5% siswa yang mengaku “Tidak Bangga” dalam mempelajari tari topeng karena menurut mereka tari topeng itu biasa saja, terdapat 25% yang mengaku “cukup bangga” dalam mempelajari tari topeng  dikarenakan dapat mempelajari kebudayaan lokal, terdapat 15% yang mengaku “Bangga” dalam mempelajari tari topeng alasannya karena dapat mengenal kebudayaan lokal, dan terdapat 55% yang mengaku “Sangat Bangga” dalam mempelajari tari topeng karena dapat melestarikan kebudayaan lokal.

3.    Motivasi Ekonomi
Mempelajari dan melestarikan tari topeng dengan cara membuat kelas menari atau mengikuti sebuah festival perlombaan dengan tujuan untuk mengenalkan kebudayaan tersebut kepada masyarakat lainnya pada akhirnya akan menghasilkan suatu kebanggaan dan akan mendatangkan pendapatan

Pada nomor 10 terdapat 100% yang mengaku Tidak memanfaatkan tari topeng sebagai motivasi ekonomi. dikarenakan mempelajari tari topeng bukan untuk  mencari penghasilan tetapi ada rasa ingin melestarikan kebudayaan yang muncul dari dalam hati.

4.    Motivasi Internal
Dalam mempelajari atau melestarikan tari topeng khususnya dimulai dari keinginan diri sendiri yang akan memberikan semangat serta tanggung jawab kepada orang tersebut untuk berlatih dan belajar bersungguh-sungguh sesuai keyakinan dan keinginnnya.

Terdapat 80% yang mengatakan “Ya” mendapatkan motivasi internal karena mereka berlatih tari topeng berasal murni dari keinginanya sendiri, dan 20% yang mengatakan “Tidak” mendapatkan motivasi ekonomi  karena mereka mempelajari tari topeng berasal dari dorongan orang tua atau keinginan orangtua.

5.    Dukungan orang terdekat
Adanya dukungan dari orang terdekat akan memberikan semangat kepada individu untuk belajar lebih giat dan dapat memberikan kebanggaan kepada orang terdekat.

Terdapat 95% yang mengatakan “Ya” yang dalam arti mereka medapatkan motivasi eksternal  karena mereka mendapat dukungan orang terdekat seperti orang tua, dan terdapat 5% yang mengatakan “Tidak” mendapatkan motivasi eksternal karena mereka tidak ada yang mendukung dengan kata lain mereka kurang medapatkan perhatian dari orang tua karena orang tua  mereka sibuk.






6.    Pandangan teman – teman terhadap tari topeng yang dipelajari
Masih banyak dari teman-teman atau masyarakat lainnya yang menganggap bahwa mempelajari tari topeng itu sangat membanggakan, tetapi mereka tidak ingin mempelajarinya.
Terdapat 65% yang mengatakan “Tidak Malu”dalam mempelajari tari topeng  karena mereka menganggap bahwa menari topeng itu sangat membanggakan dan sangat keren karena mereka bisa melakukan yang mayoritas orang tidak bisa  melakukannya, terdapat 20% yang mengatakan “Cukup Malu”  terhadap pandangan teman-teman karena tari topeng tidak terkenal di jaman saat ini, terdapat 15 % yang mengatakan “Malu” ketika ada temannya mengetahui dirinya bisa menari topeng yang biasanya dalam sekolah mereka itu selalu di ledek., dan terdapat 0% yang mengatakan “Sangat Malu”artinya tidak ada siswi yang benar-benar merasa sangat malu dalam melakukan latihan tari topeng ketika bertemu dengan teman-temannya.








7.    Penghargaan yang diraih
Dengan jerih payah siswi tari untuk berlatih menari topeng dilalui pada waktu yang lama, setiap harinya dihiasi dengan suka duka yang dialami, akan terbayar dengan sebuah Penghargaan yang diraihnya tentunya penghargaan tersebut sangat membanggakan bagi dirinya maupun bagi kedua orang tuanya.

Terdapat 25% yang mengatakan “Ya” mendapatkan prestasi ketika mengikuti perlombaan yang dilaksanakan oleh pihak kebudayaan maupun oleh pihak lainnya, yangrata-rata mereka mendapatkan juara 1 dan 2.  Dan terdapat 75% yang mengatakan “Tidak” pernah mendapatkan prestasi karena mereka belum mahir dalam melakukan gerakan tari topeng sehingga tidak diikutkan dalam perlombaan-perlombaan tersebut.






8.    Kesulitan dalam mempelajari tari topeng
Pada umumnya setiap kegiatan apapun pasti terdapat kesulitan dan hambatan. Begitu juga dengan latihan tari topeng pasti selalu ada hal yang menghadang, seperti dalam latihan tari topeng terkadang siswa merasa malas karena setiap gerakan tari topeng terkadang ada yang sulit diikuti.
.


Terdapat 35% yang mengatakan “Tidak Sulit” ketika mempelajari tari topeng karena dalam mempelajari tari topengnya dilakukan dengan rasa senang dan murni dari keinginan diri sendiri, terdapat 40% yang mengatakan “Cukup Sulit” dalam melakukan tari topeng karena di dalam gerakan tari topeng cukup sulit untuk diikuti ketika gerakan tarinya cepat , terdapat 15% yang mengatakan “Sulit”dalam melakukan tari topeng  karena dalam menghafal gerakan tari topeng membutuhkan waktu cukup lama, dan terdapat 10% yang mengatakan “Sangat Sulit” dalam melakukan tari topeng karena banyak gerakan yang harus sesuai dengan irama musiknya.





9.    Jangka waktu yang dibutuhkan
Waktu dalam mempelajari tari topeng relatif lama. Karena memerlukan waktu tiga tahun agar bisa menghafal semua gerakan tari topeng dan setiap enam bulan sekali diadakan evaluasi agar setiap gerakan tari topeng serempak.


Terdapat 35% yang mengatakan “Tidak Lama”dalam mempelajari tari topeng  karena dalam mempelajari tari topeng harus dengan bersunggu-sungguh memperhatikan setiap detail gerakan, terdapat 40% yang mengatakan “Cukup Lama” dalam mempelajari tari topeng  karena dalam  mempelajari tari topeng siswi kurang serius atau tidak fokus, terdapat 5% yang mengatakan “Lama” dalam mempelajari tari topeng karena dalam mengikuti pembelajaran tari topengnya tidak focus dan lambat dalam mempraktikan setiap gerakan tari topeng, dan terdapat 20%  yang mengatakan “Sangat Lama” dalam mempelajari tari topeng karena untuk mempelajari tari topeng membutuhkan keseriusan, konsentrasi dan focus dan siswi tersebut mengalami kemalasan untuk mempelajari setiap gerakan tari topeng.




10.    Tingkat Kebosanan Siswa
Dalam segala aktivitas apapun bisa saja seorang individu merasakan kebosanan dalam melakukan aktivitas, begitu pula dalam melakukan latihan tari topeng, beberapa siswa merasakan kebosanan yang berdampak pada tingkat kemalasan dalam berlatih tari topeng.


Terdapat 75% yang mengatakan “Tidak Bosan” dalam melakukan latihan tari topeng, karena mayoritas responden beranggapan bahwa tari topeng itu sangat mengasikan dan tari topeng merupakan hobi dari para responden dan juga pelatih tari topeng cukup menghibur, terdapat 20% responden yang mengatakan “Cukup Bosan” dalam melakukan latihan tari topeng karena responden beranggapan bahwa latihan tari topeng sedikit melelahkan, terdapat 5 % responden yang mengatakan “Bosan” dalam melakukan latihan tari topeng karena latihan tari topeng gerakannya tidak menantang dan memerlukan waktu yang sangat panjang untuk menguasai gerakan tari topeng, dan terdapat 0% responden yang beranggapan bahwa tidak ada responden  yang menjawab.



.
B.   Hasil Wawancara
Sanggar  seni sekar pandan adalah sebuah sanggar yang berlokasi di komplek keratonan kacirebonan yang bertempat di Jl.pulasaren-cirebon yang didirikan pada tahun 1992 dan dikelola oleh putra putri daerah keratonan kacirebonan. Dalam wawancara ini diajukan kepada pelatih sanggar seni sekar pandan salah satunya yang  bernama Neni lahir pada tahun 1990an beralamat di Pilang mas dan telah melatih di sanggar seni sekar pandan sejak 10 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2005, berawal dari hobi yang ditekuni beliau beliau adalah lulusan sanggar tersebut dan menjadi pelatih tari topeng.















BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari hasil penelitan diatas cara yang dilakukan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal khususnya kesenian tari topeng di cirebon dengan cara mengenalkan kesenian tari topeng melalui sekolah- sekolah yang ada di Cirebon karena biasanya sekolah-sekolah di Cirebon terdapat ekstrakulikuler kesenian tari topeng.  Selain itu para murid sanggar yang telah menguasai setiap gerakan tari topeng mereka menyalurkan ilmu yang didapatnya dengan cara melatih siswa seni agar bisa menguasai setiap gerakan tari topeng selain itu para senior juga mengikuti acara festival dan pentas seni.  Solusi untuk memelihara budaya lokal yaitu memotivasi siswa agar mencintai kesenian yang ada di Cirebon dan mengajak masyarakat untuk mengenal kesenian melalui acara-acara kebudayaan.
B.     Saran
Agar masyarakat mencari tahu apa saja kebudayaan yang ada di Cirebon dan lebih menumbuhkan rasa kecintaan terhadap budaya lokal yang ada di Cirebon khususnya kesenian tari topeng.  Mengurangi kecintaan terhadap budaya asing yang pada saat ini sedang menjadi kesukaan para remaja di Indonesia.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar