Minggu, 21 Juni 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Di dalam perkembangan bisnis saat ini persaingan semakin ketat dan dunia bisnis  mengarah kepada bisnis yang inovatif, kreatif, efektif dan efisien. Dalam jaman globalisasi ini semuanya harus serba cepat dan konsumen menginginkan semua produk baik barang dan jasa yang memiliki kualitas serta mutu yang baik, perusahaan merupakan sebuah elemen penting dalam bisnis karena perusahaan dapat menghasilkan pendapatan bagi masyarakat dan bisa membangun ekonomi di sebuah daerah.
Dalam perkembangannya saat ini perusahaan telah melakukan segala strategi untuk bisa tetap hidup, berkembang dan maju. Perusahaan pada saat ini bersaing dengan ketat untuk mendapatkan konsumen dan pasar guna membuat perusahaan mereka maju melalui banyak strategi dan kebijakan diantaranya yaitu: kombinasi bisnis bertahap dan divestasi. Kombinasi bisnis bertahap pada jaman sekarang banyak dilakukan karena mempunyai banyak keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.Kombinasi bisnis bertahap dapat terjadi jika entitas induk ingin menguasai sepenuhnya sahamentitas anak. Dalam hal ini, entitas induk melakukan transaksi dengan pemegang saham minoritas atau nonpengendali.
Kombinasi bisnis bertahap dilakukan guna membuat perusahaan itu menjadi besar dan memperoleh pasar yang luas, selain itu perusahaan induk akan mempunyai kuasa penuh terhadap kepemilikan saham yang ada di perusahaan anak karena pengendalian penuh perusahaan anak ada di perusahaan induklah yang menentukan segala kebijakan dan strategi bagi perusahaan anak.
Selain itu sebuah perusahaan dalam persaingannya bisa melakukan divestasi yaitu melakukan penjualan saham anak milik perusahaan induk, jadi divestasi tersebut mengurangi kepemilikan perusahaan induk atas perusahaan anak.Divestasi tersebut dilakukan karena sebuah perusahaan telah bisa mandiri dan mencoba untuk membesarkan perusahaan tersebut, baik kombinasi bisnis bertahap maupun divestasi semuanya mempunyai keuntungan masing-masing bagi sebuah perusahaan.
Perusahaan yang ada saat ini melakukan kombinasi bisnis bertahap maupun divestasi karena tuntutan dari era saat ini yang mengharuskan sebuah perusahaan memikirkan strategi dan langkah yang baik untuk dilakukan bagi perusahaan guna tetap bisa mendapatkan keuntungan dan bisa bersaing dengan perusahaan lain.
Dalam melakukan kombinasi bisnis bertahap maupun divestasi sebuah perusahaan harus bisa menganalisis segala kemungkinan yang akan terjadi apabila mereka melakukan kombinasi bisnis bertahap maupun divestasi, tentu dalam mengambil keputusan itu perusahaan harus melakukan rapat korrdinasi terlebih dahulu antara pemegang saham dewan direksi dan komisaris melalui sebuah rapat.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana kombinasi bisnis bertahap terjadi?
2.      Apa pengertian dari  pendapatan praakusisi?
3.      Apa yang di maksud dengan divestasi saham?
4.      Apa saja motif yang mendorong perusahaan melakukan divestasi?
5.      Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan divestasi?
6.      Perusahaan apa saja yang melakukan kombinasi bisnis bertahap dan divestasi?

C.     Tujuan makalah
1.      Untuk mengetahui bagaimana kombinasi bisnis bertahap dapat terjadi
2.      Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan divestasi saham
3.      Untuk mengetahui motif yang mendorong perusahaan melakukan divestasi
4.      Untuk mengetahui pengertian dari pendapatan akusisi
5.      Dapat mengetahui langkah-langkah dalam melakukan divestasi
6.      Dapat  mengetahui contoh perusahaan yang melakukan divestasi

D.    Manfaat
Bisa menambah pengetahuan informasi tentang kombinasi bisnis bertahap dan divestasi serta mengetahui perusahaan-perusahaan yang melakukan kombinasi bisnis bertahap dan divestasi, bisa mendorong pembaca melakukan strategi kombinasi bisnis bertahap dan divestasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kombinasi Bisnis Bertahap dan Pendapatan Praakuisisi
Kombinasi bisnis bertahap terjadi jika entitas induk ingin menguasai sepenuhnya saham entitas anak dalam hal ini entitas induk melakukan transakasi dengan pemegang saham minoritas atau nonpengendali.Dalam suatu akuisisi, apabila pemegang saham minoritas perusahaan target tidak menyetujuinya, UU No.40 Tahun 2007 pasal 62 Tentang Perseroan Terbatas “memberikan hak untuk meminta peseroan terbatas membeli sahamnya pada harga yang wajar, jika pemegang saham tidak menyetujui rencana tersebut”.
Pendapatan praakuisisi, hak entitas induk atas laba dan deviden entitas anak diperhitungkan sejak tanggal akuisisi. Misalkan akuisisi saham yang menimbulkan hak pengendalian berlaku efektif tanggal 1 April , sehingga pendapatan investasi untuk tahun berjalan adalah 9 bulan. Jadi, laba perusahaan induk atau laba konsolidasi dari sudut pandang perusahaan induk adalah :
Laba entitas induk  + pendapatan investasi atas laba entitas anak untuk 9 bulan.
Laporan konsolidasi pada dasarnya juga dibuat atas periode 9 bulan laporan keuangan entitas anak. Jadi,laba konsolidasi versi kertas kerja adalah :
Laba entitasinduk periode 1 tahun
Xxx
Laba entitas anak  untuk 9 bulan terakhir
Xxx
Laba kepentingan nonpengendali periode 9 bulan
(xxx)
Laba konsolidasi tahun berjalan 
Xxx
Pendapatan Praakuisisi merupakan pendapatan yang seharusnya diperoleh entitas induk sebelum tanggal akuisisi, misalkan entitas induk mengakuisisi 90% entitas anak tanggal 1 Aprl 2013. Laba entitas anak tahun 2013 sebesar Rp 120.000.000,00 diperoleh merata sepanjang tahun. Laba entitas induk tahun 2013 adalah Rp 200.000.000,00.



Dasar 9 Bulan
Dasar 1 Tahun
Laba Entitas Induk periode 1 tahun
Rp 200.000.000,00
Rp 200.000.000,00
Laba entitas anak
Rp 90.000.000,00
Rp 120.000.000,00
Pendapatan Praakuisisi ( 3/12 X 90% X 120.000.000,00 )
-
(Rp 27.000.000,00)
Laba kepentingan nonpengendali
(Rp 9.000.000,00)
Rp 12.000.000,00)
Laba Konsolidasi tahun 2013
Rp 281.000.000,00
Rp 281.000.000,00
Pendapatan Praakuisisi diperlakukan sebagai pengurang laba konsolidasi jika kombinasi bisnis atau Reakuisisi dilaukan bukan pada awal tahun.
 Contoh : pada tanggal 5 Januari 2012, PT India mengakuisisi kembali 10 % kepentingan equitas PT Armenia yang memberikan PT India pengendalian atas PT Armenia. Hal inilah yang disebut sebagai kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap atau disebut juga akuisisi bertahap.
PSAK 22 revisi 2010 mensyaratkan dilakukanya penilaian investasi kembali pada saat terjadi kombinasi bisnis bertahap.Dalam hal ini pihak pengakuisisi mengukur kembali kepentingan equitas yang dimiliki sebelumnya atas pihak yang diakuisisi sebesar nilai wajar pada tanggal akuisisi dan mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dalam laporan laba rugi.
Contoh : pada tanggal 5 Januari 2012, PT India memiliki investasi Rp 4,36 M atas 40% saham biasa PT.Armenia. kekayaan PT Armenia pada tanggal tersebut adalah Rp 11 M atas 1 Jt lembar saham. Selisih nilai investasi dan nilai buku yang dimiliki disebabkan oleh goodwill. Pada tanggal tersebut PT India mengakuisisi 15% lagi saham PT Armenia dengan harga Rp 1,71 M. Selisih investasi dengan nilai buku yang dimiliki sebesar Rp 1,65 M (15% x 11 M) disebabkan goodwill sebesar 60 Jt atas akuisisi 15% ini, PT India mencetak peningkatan nilai investasi sebesar harga akuisisi sebagai berikut :
Investasi dalam saham PT Armenia      Rp 1,70 Jt
                  Kas                                                      Rp 1,70 Jt
Sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 22 revisi 2010, kombinasi bisnis bertahap mensyaratkan nilai investasi yang telah ada, yakni sebesar 40%, dinilai berdasarkan nilai wajar dengan merujuk pada harga akuisisi tanggal 5 Januari 2012 .
PT Armenia sebesar 60 Jt merupakan goodwill atas 15% kepemilikan akuitas PT Armenia sehingga total goodwill harus dikalkulasi kembali untuk harga akuisisi atas 100% equitas PT Armenia. Harga akuisisi 100% equitas PT Armenia adalah 1,71 M atau 15% = 11,4 M. Jadi, nilai total goodwill adalah 400 Jt yakni selisih harga akuisisi atas dasar 100 % kepemilikan dengan total nilai buku kekayaan PT Armenia cara lain adalah dengan membagi goodwill yang timbul dari akuisisi bertahap pada tanggal 5 Januari 2012 dengan 15 % kepemilikan ( Rp 60 Jt / 15% = 400 Jt) karena kepemilikan 40% PT India sebelumnya atas equitas PT Armenia, maka nilai investasi atas kepemilikan 40% tersebut adalah 40% x 11,4 M = Rp 4,6 M. karena nilai investasi yang tercatat sebesar Rp 4,36 M terdapat kenaikan nilai investasi sebesar 200 Jt ( Rp 4,56 M – Rp 4,36 M ). PSAK 22 mensyaratkan kenaikan nilai investasi ini dicatat sebagai keuntungan dengan jurnal sebagai berikut :
Investasi                Rp 200 Jt
      Keuntungan                Rp 200 Jt
Jadi, total nilai investasi setelah nilai akuisisi bertahap adalah 6,27 M( Rp 4,56 M + Rp 1,71 M). jumlah ini sama dengan `55% dari total harga akuisisi yakni 11,4 M yang dihitung sebelumnya. Dalam periode laporan sebelumnya pihak pengakuisisi mungkin telah mengakui perubahan nilai atas kepentingan equitasnya pada pihak yang diakuisisi dalam pendapatan komprehensif lainnya.Misalkan PT India mencatat 45% kepemilikan equitas atas PT Armenia dalam bentuk “Surat Berharga Tersedia untuk Dijua”.Surat berharga klasifikasi tersedia untuk dijual berdasarkan PSAK 22 harus dinilai pada fair value(nilai wajar) dimana selisih antara harga perolehan dengan nilai wajar disajikan di sisi ekuitas sebagai pendapatan komprehensif lainnya.
Misalkan dalam sisi ekuitas neraca PT India per 31 /12 / 2011 terdapat Pendapatan Komprehensif lainnya sebesar Rp 50 Jt atas penilaian investasi dalam 45% ekuitas PT pengendalian, PT India harus mereklasifikasi pendapatan komprehensif lainnya sebesar 50 Jt tersebut menjadi keuntungan dengan jurnal sebagai berikut :
Selisih penilaian – Surat Berharga Tersedia untuk Dijual             Rp 50 Jt
                  Keuntungan                                                                            Rp 50 Jt.

PSAK 22 juga mengatur bahwa untuk setiap kombinasi bisnis, pihak pengakuisisi mengukur kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi, baik pada nilai wajar ataupun pada proporsi kepemilikan kepentingan nonpengendali atas asset neto terindetifikasi kepentingan nonpengendali adalah 45% dari kekayaan yang dimiliki, yakni Rp 4,95 M (45% x Rp 11 M) ditambah alokasi goodwill untuk kepentingan nonpengendali sebesar Rp 180 Jt (45% x 400 Jt), sehingga total kepentingan nonpengendali Rp 5,13 M.
Misalkan dalam tahun 2012 PT Armenia mengumumkan laba sebesar Rp 600 Jt dan terjadi penurunan nilai goodwill Rp 100 Jt,  sehingga pendapatan investasi PT India periode 2012 adalah sebagai berikut :
Laba dari entitas anak 55%
Rp 330.000.000
Penurunan nilai goodwill 55%
( Rp 55.000.000)
Pendapatan investasi
Rp 275.000.000
Karena itu, nilai investasi per 31/12/2012 adalah sebagai berikut :
Investasi 1/1/2012
Rp 4.360.000.000
Penilaian atas nilai wajar
Rp 200.000.000
Akuisisi 5/1/2012
Rp 1.710.000.000
Pendapatan investasi
Rp 275.000.000
Invetasi 31/12/2012
Rp 6.545.000.000
Sedangkan laba kepentingan nonpengendali adalah sebagai berikut :
Laba PT Armenia 45%
Rp 270.000.000
Penurunan nilai goodwill 45%
(Rp. 45.000.000)
Laba kepentingan nonpengendali
Rp 225.000.000
Kertas kerja konsolidasi PT India dan PT Armenia untuk periode yang berakhir 31/12/2012 disajikan dalam Peraga 7-2. Adapun jurnal eliminasi yang diperlukan dalam kertas kerja konsolidai adalah sebagai berikut :
1.      Eliminasi pendapatan dari entitas anak dan laba dibagi anak sebesar Rp275.000.000
Pendapatan dari PT Armenia                          Rp275.000.000
                  Investasi dalam saham                                                Rp275.000.000
2.      Alokasi laba kepentingan non pengendali
      Laba kepentingan non pengendali                  Rp225.000.000
                  Kepentingan non pengendali                                      Rp 225.000.000
3.      Eliminasi saldo awal
      Modal saham                                                   Rp8.000.000.000
      Laba Ditahan                                                  Rp3.000.000.000
      Goodwill                                                         Rp400.000.000
                  Investasi Dalam Saham                                               Rp6.270.000.000
                  Kepentingan Nonpengendali                                      Rp5.130.000.000
4. Penurunan Nilai Goodwill
Beban Operasi                                                 Rp 100.000.000
                  Goodwill                                                                     Rp 100.000.000
B.     Pengertian Divestasi
Divestasi (divestment or divestiture) dapat didefiniskan sebagai pengurangan aset perusahaan untuk pertimbangan tujuan finansial, etika atau politis; serta penjualan atau pelepasan porsi bisnis yang telah berjalan. Divestasi ini merupakan kebalikan dari tindakan investasi, dapat pula disebut penjualan dari bisnis yang dimiliki oleh perusahaan.
Divestasi dalam perusahaan menyebabkan berkurangnya hak induk atas laba dan deviden anak,kemudian nilai buku investasi dalam saham ya g dijual harus dihitung pada tanggal penjualan, apabila harga jual lebih tinggi dari nilai investasi saham yang dijual maka entitas induk  mendapat laba penjualan, tetapi sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari nilai investasi saham yang dijual maka perusahaan akan merugi.
C.     Motif  perusahaan melakukan divestasi
1.      perusahaan akan melakukan divestasi (menjual) bisnis yang bukan merupakan bagian dari bidang operasional utamanya sehingga perusahaan tersebut dapat berfokus pada area bisnis terbaik yang dapat dilakukannya. Sebagai contoh, Eastman Kodak, Ford Motor Company, dan banyak perusahaan lainnya telah menjual beragam bisnis yang tidak berelasi dengan bisnis utamanya.
2.      Divestasi perusahaan dilakukan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih baik bagi perusahaan karena divestasi merupakan usaha untuk menjual bisnis agar dapat memperoleh uang. Sebagai contoh, CSX Corporation melakukan divestasi untuk berfokus pada bisnis utamanya yaitu pembangunan rel kereta api serta bertujuan untuk memperoleh keuntungan sehingga dapat membayar hutangnya pada saat ini.
3.      perusahaan yang telah melakukan divestasi (menjual bisnis tertentu mereka) lebih tinggi daripada nilai perusahaan sebelum melakukan divestasi. Dengan kata lain, jumlah nilai aset likuidasi pribadi perusahaan melebihi nilai pasar bila dibandingkan dengan perusahaan pada saat sebelum melakukan divestasi. Hal ini memperkuat keinginan perusahaan untuk menjual apa yang seharusnya bernilai berharga daripada terlikuidasi pada saat sebelum divestasi.
4.      Pada  unit bisnis tersebut tidak menguntungkan lagi. Semakin jauhnya unit bisnis yang dijalankan dari core competence perusahaan, maka kemungkinan gagal dalam operasionalnya semakin besar, maka dilakukanlah divestasi
D.    Langkah-langkah strategi divestasi
Sangat penting untuk suatu perusahaan memiliki strategi divestasi yang excellent atau piawai sehingga menghasilkan eksekusi divestasi dengan nilai tambah. Istilahnya, ada yang menyebutkan sebagai “divestment for value”. dapat disampaikan tips langkah-langkah praktis dalam strategi divestasi berikut ini:
1.       Tetapkan kesepakatan bisnis utama.
Perusahaan pada umumnya sejalan dengan membesar aset bisnisnya memiliki dorongan untuk berekspansi, dari satu bisnis kepada bisnis-bisnis lainnya, terus dan semakin menggurita menjadi semacam konglomerasi kecil. Dalam hal ini, disarankan untuk perusahaan melakukan business portfolio review secara berkala bagaimana definisi core business bagi manajemen dan sampai sejauh mana ekspansi itu diperkenankan melebar. Manajemen senior dan pemilik perlu bersepakat untuk perusahaan fokus kepada keunggulan utama yang memiliki pasar konsumen terbaik dalam jangka panjang. Untuk ini jangan pelit untuk mengadakan riset yang komprehensif demi analisis yang men-detail.
2.       Bentuk team yang capable.          
    Team professional harus dibentuk yang mencakup berbagai aspek: keuangan, organisasi, pasar, strategi, dll. Tujuannya adalah menelurkan analisis bagaimana bertahan di bisnis inti secara profitable dan berjangka panjang serta rekomendasinya.
3.      Berani eksekusi dengan rasional.
Keberanian eksekusi yang rasional itu diperlukan demi penyelamatan usaha di masa mendatang. Amputasi itu demi menyelamatkan nyawa seorang pasien sangat diperlukan, walaupun itu pedih rasanya dan dampaknya. Demikian juga suatu eksekusi yang rasional atau penuh pertimbangan dapat dilaksanakan secara berarti (significant) dan dengan segera.
Strategi divestasi tidak berhenti di tingkat eksekusi tetapi –seringkali ini yang lebih penting- sampai dirancangkan bagaimana langkah-langkah selanjutnya. Ini yang menentukan dan memberi nilai kesuksesan pada tindakan divestasi.
E.       Bentuk- bentuk Divestasi
1.       sell- off
Transaksi divestasi yang terjadi antra dua perusahaan independen. Divestasi ini  melibatkan seluruh perusahaan atau beberapa unit bisnis,divisi atau lini produk.
2.       spin-off
menjual saham anak perusahaan sebagai perusahaan yang memiliki nilai tersendiri dipasar saham
3.      Equity Carve-Out
hampir sama dengan spin-off, tetapi hanya menjual sebagian kecil saham anak perusahaan tersebut sehingga perusahaan induk masih
memiliki kendali atas anak perusahaan tersebut
F.      Divestasi di awal tahun
Misalkan PT India melepaskan investasinya efektif tanggal 1 januari 2014 nilai investasi pada tanggal tersebut adalah 8.582.875.000 atau merupakan nilai investasi per 31/12/2013 yang telah dijelaskan sebelumnya.penjualan 14% saham PT Armenia yang dimiliki setara dengan 0,2 dari nilai investasi yang dimiliki atau Rp.716.575.000 (0,2 x Rp 8.582.875.000).pelepasan pada harga Rp. 1,75 Miliar menghasilkan keuntungan Rp. 33.425.000.pelepasan investasi tersebut menyebabkan kepemilikan PT India atas saham PT Armenia 14% atau menjadi 56%.
Pendapatan investasi PT.India tahun 2014 di hitung dengan presentase kepemilikan 56% sebagai berikut:
Laba entitas anak (56% X 600 juta)
Rp.336.000.000,00
Penurunan nilai goodwill tahun (56% X 61.250.000)
(34.300.000,00)
Pendapatan investasi
Rp. 301.700.000,00
Sedangkan nilai investasi pada akhir tahun 2014 menjadi sebagai berikut:
Investasi 31/12/2013
Rp8.582.875.000
Pelepasan
(Rp1.716.575.000)
Investasi 1/1/2014 setelah pelepasan
Rp 6.866.300.000)
Pendapatan investasi
Rp 301.700.000
Deviden (56% X 200 juta)
(Rp. 112.000.000)
Investasi 31/12/2014
Rp 7.056.000.000
Kertas kerja konsolidasi PT. India dan PT. Armenia disajikan dalam peraga 7-4.
Jurnal eliminasi dalam ketas kerja konsolidasi tersebut di jelaskan sebagai berikut:
1.      Pendapatan dari entitas anak dan deviden entitas anak.
Pedapatan dari PT.Armenia                                  Rp. 301.700.000
      Deviden                                                                      Rp. 112.000.000
      Investasi dalam PT.Armenia                                       Rp. 189.700.000
2.      Aloksi laba kepentingan nonpengendali
 Laba entitas anak Rp.600 juta X 44%
Rp. 264.000.000
Penurunan nilai goodwill 44%X 61.250.000
Rp. (26.950.000)
Laba kepentingan nonpengendali
Rp.237.050.000
                            

                             Laba kepentingan nonpengendali              Rp. 237.050.000
                  Dividen                                                           Rp.88.000.000
                  Kepentingan nonpengendali                           Rp.149.050.000
3.       Eliminasi saldo awal                                                
Modal saham                                                 Rp.8.000.000.000
Laba ditahan                                                  Rp. 4.100.000.000
Goodwill                                                       Rp.161.250.000
            Investasi dalam PT Armenia                           Rp. 6.866.300.000
            Kepentingan nonpengendali                           Rp.5.394.950.000
4.      Penurunan nilai goodwill
Beban operasi                                                            Rp. 61.250.000
                        Goodwill                                                                     Rp. 61.250.000
G.    Divestasi dalam Tahun Berjalan
Dalam kas sebelumnya, misalkan PT. India menjual 20% investasinya atas saham PT. Armenia tanggal 1 April 2014, sehingga nilai buku investasi yang dijual harus ditetapkan pada tanggal divestasi (1 April 2014) dengan perhitungan sebagai berikut :
Investasi 31/12/2013
Rp. 8.582.875.000
Pendapatan Investasi 1/1-1/4 2014 (70% x 600 jt x 3/12)
Rp. 105.000.000
Investasi ¼ 2014
Rp.8.687.875.000
Divestasi 20%
(Rp. 1.737.575.000)
Harga divestasi sebesar Rp. 1.75 M atas nilai buku Rp. 1.737.575.000 menimbulkan kerugian pada PT. India sebesar Rp. 12.425.000.Persentase kepemilikan saham entitas anak mengalami perubahan pada tahun berjalan, yang berdampak pada perhitungan pendapatan investasi. Pendapatan imvestasi dari 1 Januari hingga 31 Maret 2014 dihitung berdasarkan persentase kepemilikan 70%, dan sejak 1 April hingga 31/12/2014 persentase kepemilikan menjadi 56%. Perhitungan pendapata investasi adalah sebagai berikut :
Pendapatan investasi 1/1-1/4/201470% x 600 jt x 3/12)
Rp. 105.000.000
Pendapatan investasi ¼-31/12 2014

-          Laba anak ¼ -31/12/2014 (56% x 600 jt x 9/12
     Rp.252.000.000
-          Penurunan nilai goodwill (56% x 61.250.000)
    (Rp. 34.300.000)
Pendapatan investasi 2014
Rp. 322.700.000
Investasi 31/12/2013
     Rp. 8.582.875.000
Pelepasan saham
    (Rp. 1.737.575.000)
Dividen
     (Rp. 112.000.000)
Investasi 31/12/2014
Rp. 7.056.000.000
Disisi lain, laba kepentingan nonpengendali dihitung secara proporsional berdasarkan perubahan persentase kepemilikan nonpengendali.
Laba entitas anak 1/1- ¼ 2014 (30% x 600 jt x 3/12
Rp. 45.000.000
Laba entitas anak ¼- 31/12/2014 (44% x 600 jt x 9/12)
Rp. 198.000.000
Penurunan nilai goodwill (44% x 61.250.000)
 (Rp. 26.950.000)
Laba kepentingan nonpengendali tahun 2014
Rp. 216.050.000
Kertas kerja konsolidasi untuk tahun yang berakhir 31/12/2014 pada kasus divestasi ditengah tahun berjalan disajikan pada peraga 7-5. Jurnal eliminasi pada kertas kerja konsolidasi disajikan sebagai berikut :
1.       Pendapatan dari entitas anak dan dividen entitas anak
                        Pendapatan dari PT. Armenia             Rp. 322.700.000
                                    Dividen                                               Rp.112.000.000
                                    Investasi dalam PT. Armenia              Rp. 210.700.000
2.      Alokasi laba kepentingan nonpengendali
                        Laba kepentingan nonpengendali       Rp.216.050.000
                                    Dividen                                               Rp.88.000.000
                                    Kepentingan nonpengendali               Rp. 128.050.000

3.       Eliminasi saldo awal
                        Modal saham                                       Rp.8.000.000
                        Laba ditahan                                       Rp.4.100.000.000
                        Goodwill                                             Rp.161.250.000
                                    Investasi dalam PT. Armenia                          Rp.6.845.300.000
                                    Kepentingan nonpengendali 1/1(30%)           Rp.3.678.375.000
                                    Kepentingan nonpengendali ¼ (14%)                        Rp.1.737.575.000
Pelepasan saham oleh entitas induk menyebabkan kepentingan nonpengendali bertambah. Karena divestasi terjadi ditengah tahun berjalan, saldo kepentingan nonpengendali bertambah sebesar 14%. Pertambahan saldo kepentingan nonpengendali pada tanggal akuisisi adalah 14% dari total kekayaan entitas anak pada tanggal tersebut, yakni :
Modal saham
Rp.8.000.000.000
Laba ditahan 1/1/2014
Rp 4.100.000.000
Laba entitas anak 1/1-1/4/2014
Rp.   150.000.000
Kekayaan entitas anak 1/4/2014
Rp. 12.250.000.000
Penambahan kepentingan nonpengendali- kekayaan 14%
Rp. 1.715.000.000
Goodwill bagian kepentingan nonpengendali 14% x 161.250.000
 Rp.    22.575.000
Total penambahan kepentingan nonpengendali
Rp. 1.737.575.000
4.      Penurunan nilai goodwill
                        Beban operasi              Rp. 61.250.000
Goodwill                     Rp.61.250.000












BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Setelah pembahasan dari materi yang ada maka dapat disimpulkan kombinasi bisnis bertahap adalah sebuah pengambil alihan entitas atau perusahaan anak yang dilakukan secara bertahap oleh perusahaan induk baik aset ataupun hutang perusahaan anak.   

divestasi adalah sebuah langkah perusahaan melepaskan saham dari perusahaan induk kepada perusahaan maka semakin banyak perusahaan induk melakukan divestasi maka akan semkin berpengaruh dalam hubungan perusahan induk dan anak,bahkan sampai hubungan antara induk dan anak tidak terjadi lagi apabila divestasi dilakukan secara penuh. Kedua langkah tersebut baik kombinasi bisnis bertahap maupun divestasi merupakan langkah strategi dalam dunia bisnis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar