Sektor
dan kebijakan moneter
A.
Teori dan model
Kebijakan
moneter berperan penting untuk menjaga stabilitas peredaran uang.
kebijakan
moneter sendiri adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu seperti menahan inflasi,mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dan tetap mempertahankan kestabilan
harga
Ada
dua teori utama dari aliran klasik mengenai peran uang didalam ekonomi:
1. Teori
kuantitas uang
Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa
uang hanya sebagai alat tukar dan perekonomian selalu dalam kondisi
keseimbangan(permintaan agregat (AD)=penawaran agregat(AS)) pada tingkat
kesempatan kerja penuh.
Sebagai alat tukar, maka uang akan
berputar atau berpindah tangan dari satu pihak kepihak lain dalam satu periode
tertentu. Berapa kali uang berpindah tangan dalam setahun disebut velositas
uang beredar (V),dimana faktor utama yang mempengaruhi V adalah faktor
kelembagaan,utamanya mekanisme pembayaran yang digunakan.
2. Teori
cambridge
Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa permintaan
uang tidak hanya dipengaruhi oleh volume transaksi yang diukur dengan PDB
riil,tetapi juga dipengaruhi oleh tiga faktor lainya yaitu, tingkat kekayaan
seseorang,tingkat bunga(r),dan ekspektasi seseorang tentang masa depan. Didalam
model cambridge ini nilai aset seperti pendapatan atau kekayaan dihitung dalam
nilai nominal,oleh karena itu permintaan uang karena faktor kekayaan dinyatakan
proporsional dengan pendapatan nasional nominal.
Kebijakan
moneter di indonesia sepenuhnya tanggung jawab dari bank sentral Indonesia yakni Bank Indonesia (BI) sebagai
otoritas moneter. Sistem moneter di indonesia terdiri dari otoritas moneter dan
bank-bank yang menciptakan uang giral dan uang kuasi yang merupakan bank-bank
umum yang mempunyai kedudukan khusus dalam sistem keuangan karena dapat
menciptakan kedua jenis uang tersebut.
Ada
empat fungsi utama dari Otoritas moneter
yaitu:
1. Mencetak
dan mengedarkan uang kartal sebagai alat pembayaran yang sah.
2. Memelihara
dan menjaga posisi cadangan devisa
3. Melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap bank-bank yang ada di Indonesia
4. Memegang
kas pemerintah
Bank
Indonesia juga mempunyai empat instrumen yang digunakan untuk mengarahkan
pelaksanaan kebijakan moneternya yaitu:
1. Oprasi
pasar terbuka, yaitu kegiatan jual beli surat berharga oleh BI yang di umumkan
secara terbuka sebelum dan sesudah transaksi dengan tujuan untuk mempengaruhi
jumlah uang beredar dan suku bunga.
2. Giro
wajib minimum, untuk mengubah ketentuan jumlah dana yang harus disimpan oleh
bank di BI.
3. Fasilitas
diskonto, yaitu suku bunga yang dibebankan kepada bank-bank komersial yang
meminjam dana dari BI bila cadanganya secara temporer berada dibawah tingkat
yang ditentukan .
4. Persuasi
moral, yaitu himbauan yang dilakukan oleh Bank Indonesia kepada perbankan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu,misalnya himbauan untuk bersikap
konservtif dalam menyalurkan pinjaman.
Kebijakan
moneter dikatakan efektif jika Otoritas
moneter bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lewat penurunan suku bunga yang
membuat volume investasi meningkat (karena investasi menjadi lebih murah )dan
juga jumlah konsumssi bertambah (karena minjam dari bank untuk membiayai
konsumsi lebih murah atau menabung di
bank lebih rugi karena penghasilan bunga lebih rendah).
B.
Analisis empiris
Arah
kebijakan moneter Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan.
Kebijakan
moneter yang pernah di terapkan pada
saat ekonomi indonesia mengalami krisis besar (1997-1999) adalah kebijakan moneter ketat yang dikombinasikan
dengan perubahan dalam sistem penentuan kurs rupiah ke arah mekanisme pasar
sepenuhnya.
1. Suku
bunga
Otoritas moneter atau bank indonesia mempunyai
sejumlah instrumen untuk menjalankan kebijakan moneternya, salah satunya adalah
suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kebijakan moneter juga mempunyai
peran yang sama lewat suku bunga SBI sebagai salah satu instrumennya:
Pada saat ekonomi memanas
(permintaan meningkat pesat yang cenderung menaikan laju inflassi), otoritas
moneter menaikan tingkat suku bunga SBI dan arah pergerakanya akan diikuti oleh
suku bunga di pasar uang (bank komersial/bank umum). Dengan kenaikan suku bunga
dipasar uang,investassi menjadi mahal,namun disisi lain ,tabungan menjadi
menarik.
Namun demikian otoritas moneter
di Indonesia tidak bebas sepenuhnya menentukan tingkat suku bunga yang di
inginkan untuk mempengaruhi perekonomian nasional lewat sektor moneter,karena
BI juga harus memperhatikan tingkat suku bunga di dunia. Teorinya adalah jika
suku bunga di dunia, misal di AS,lebih tinggi dari pada di indonesia akan
terjadi pelarian modal dari Indonesia ke AS,begitupun sebaliknya.
2.
Uang Beredar
Perkembangan suku bunga
berhubungan erat dengan perkembangan jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Jumlah uang yang bertambah dibarengi dengan tingkat suku bunga yang menurun,dan
sebaliknya.
Akhir periode
|
M2
|
M1
|
Uang kuasi
|
||
Total
|
Kartal
|
Giral
|
|||
2000
|
747.0
|
162,2
|
72,4
|
89,8
|
584,8
|
2001
|
844,1
|
177,7
|
76,3
|
101,4
|
666,3
|
2002
|
883,39
|
191,9
|
80,7
|
111,3
|
692,0
|
2003
|
955,7
|
223,8
|
94,5
|
129,3
|
731,9
|
2004
|
1.033,5
|
253,8
|
109,3
|
144,6
|
779,7
|
2005
|
1.073,7
|
267,6
|
106,1
|
161,5
|
806,1
|
2006
|
1.282,3
|
361,0
|
151,0
|
210,1
|
921,3
|
2007
|
1.643,2
|
460,8
|
183,4
|
277,4
|
1.182,4
|
2008
|
1.883,9
|
466,4
|
209,4
|
257,0
|
1.417,5
|
Tabel
diatas menjelaskan mengenai data perkembangan jumlah uang yang beredar didalam
perekonomian nasional baik uang dalam arti sempit(M1) maupun uang dalam arti
luas(M2). Selama periode 2000-2008. Pada tahun 2008 jumlah M2 tercatat mencapai
hampir Rp.2000triliun, sedangkan jumlah kuasi di Indonesia sangat besar. Memang
seiring dengan perkembangan sektor perbankkan atau keuangan secara umum yang
semakin pesat di Indonesia dalam 3 dekade belakangan ini membuat posisi
keuangan kuasi semakin kuat didalam perekonomian nasional. Seperti pada tahun 2000,
jumlah uang kuasi hanya sekitar Rp.585triliun dan pada tahun 2008 sudah sedikit
diatas 1.400triliun.
3. Nilai
tukar dan inflasi
Berdasarkan kekuatan pasar(tanpa
intervensi dari BI), nilai tukar rupiah ditentukan oleh besarnya permintaan dan
penawaran mata uang asing dipasar valuta asing(valas) di Indonesia. Misalnya,
dalam dollar AS ada dua sumber utama dari permintaan(pembelian) dan penawaran(penjualan) dollar AS di Indonesia,
yakni pedagang luar negeri terdiri atas ekspor(penjual dollar AS) dan impor(pembelian
dollar AS). Pengalaman Indonesia dengan krisis keuangan asia 1997-1998 telah
membuktikannya pada waktu itu modal asing jangka pendek dalam dollar AS
meninggalkan Indonesia secara mendadak dan jumlah yang besar. Ditambah lagi
dengan banyaknya orang indonesia pada waktu itu yang menukarkan uang rupiah
mereka dengan uang dollar AS, jumlah pelarian modal menjadi tambah besar yang
membuat permintaan terhadap dollar AS dipasar valas didalam negeri meningkat
tajam, yang selanjutnya sesuai dengan mekanisme pasar membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
mengalami depresiasi yang besar. Memang melemahnya kurs rupiah, paling tidak
secara teori,bisa berdampak positif tehadap pertumbuhan ekspor karena daya
saing harga(dalam dolar AS)dari prodak-prodak indonesia di pasar global
meningkat. Namun seperti telah di jelaskan sebelumnya, pengalaman selama krisis
1997-1998 tersebut ekspor indonesia tidak mengalami suatu peningkatan yang
pesat seperti yang diharapkan wakti itu. Pengalaman tersebut menandakan bahwa pertumbuhan
ekspor tidak hanya di tentukan oleh harga, melainkan juga oleh banyak faktor
lain termasuk kualitas ,kapasitas produksi, jaringan pemasaran promosi dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar