Minggu, 21 Juni 2015

                                                            Sektor dan kebijakan moneter
A.    Teori dan model
Kebijakan moneter berperan penting untuk menjaga stabilitas peredaran uang.
kebijakan moneter sendiri adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu seperti menahan inflasi,mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dan tetap mempertahankan kestabilan harga
Ada dua teori utama dari aliran klasik mengenai peran uang didalam ekonomi:
1.      Teori kuantitas uang
Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa uang hanya sebagai alat tukar dan perekonomian selalu dalam kondisi keseimbangan(permintaan agregat (AD)=penawaran agregat(AS)) pada tingkat kesempatan kerja penuh.
Sebagai alat tukar, maka uang akan berputar atau berpindah tangan dari satu pihak kepihak lain dalam satu periode tertentu. Berapa kali uang berpindah tangan dalam setahun disebut velositas uang beredar (V),dimana faktor utama yang mempengaruhi V adalah faktor kelembagaan,utamanya mekanisme pembayaran yang digunakan.
2.      Teori cambridge
Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa permintaan uang tidak hanya dipengaruhi oleh volume transaksi yang diukur dengan PDB riil,tetapi juga dipengaruhi oleh tiga faktor lainya yaitu, tingkat kekayaan seseorang,tingkat bunga(r),dan ekspektasi seseorang tentang masa depan. Didalam model cambridge ini nilai aset seperti pendapatan atau kekayaan dihitung dalam nilai nominal,oleh karena itu permintaan uang karena faktor kekayaan dinyatakan proporsional dengan pendapatan nasional nominal.
Kebijakan moneter di indonesia sepenuhnya tanggung jawab dari bank sentral  Indonesia yakni Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter. Sistem moneter di indonesia terdiri dari otoritas moneter dan bank-bank yang menciptakan uang giral dan uang kuasi yang merupakan bank-bank umum yang mempunyai kedudukan khusus dalam sistem keuangan karena dapat menciptakan kedua jenis uang tersebut.
Ada empat fungsi utama dari Otoritas moneter  yaitu:
1.      Mencetak dan mengedarkan uang kartal sebagai alat pembayaran yang sah.
2.      Memelihara dan menjaga posisi cadangan devisa
3.      Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bank-bank yang ada di Indonesia
4.      Memegang kas pemerintah
Bank Indonesia juga mempunyai empat instrumen yang digunakan untuk mengarahkan pelaksanaan kebijakan moneternya yaitu:
1.      Oprasi pasar terbuka, yaitu kegiatan jual beli surat berharga oleh BI yang di umumkan secara terbuka sebelum dan sesudah transaksi dengan tujuan untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan suku bunga.
2.      Giro wajib minimum, untuk mengubah ketentuan jumlah dana yang harus disimpan oleh bank di BI.
3.      Fasilitas diskonto, yaitu suku bunga yang dibebankan kepada bank-bank komersial yang meminjam dana dari BI bila cadanganya secara temporer berada dibawah tingkat yang ditentukan .
4.      Persuasi moral, yaitu himbauan yang dilakukan oleh Bank Indonesia kepada perbankan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu,misalnya himbauan untuk bersikap konservtif dalam menyalurkan pinjaman.
Kebijakan moneter dikatakan efektif  jika Otoritas moneter bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lewat penurunan suku bunga yang membuat volume investasi meningkat (karena investasi menjadi lebih murah )dan juga jumlah konsumssi bertambah (karena minjam dari bank untuk membiayai konsumsi  lebih murah atau menabung di bank lebih rugi karena penghasilan bunga lebih rendah).
B.     Analisis empiris
Arah kebijakan moneter Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan.
Kebijakan moneter  yang pernah di terapkan pada saat ekonomi indonesia mengalami krisis besar (1997-1999) adalah  kebijakan moneter ketat yang dikombinasikan dengan perubahan dalam sistem penentuan kurs rupiah ke arah mekanisme pasar sepenuhnya.
1.      Suku bunga
Otoritas moneter atau bank indonesia mempunyai sejumlah instrumen untuk menjalankan kebijakan moneternya, salah satunya adalah suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kebijakan moneter juga mempunyai peran yang sama lewat suku bunga SBI sebagai salah satu instrumennya:

Pada saat ekonomi memanas (permintaan meningkat pesat yang cenderung menaikan laju inflassi), otoritas moneter menaikan tingkat suku bunga SBI dan arah pergerakanya akan diikuti oleh suku bunga di pasar uang (bank komersial/bank umum). Dengan kenaikan suku bunga dipasar uang,investassi menjadi mahal,namun disisi lain ,tabungan menjadi menarik.

Namun demikian otoritas moneter di Indonesia tidak bebas sepenuhnya menentukan tingkat suku bunga yang di inginkan untuk mempengaruhi perekonomian nasional lewat sektor moneter,karena BI juga harus memperhatikan tingkat suku bunga di dunia. Teorinya adalah jika suku bunga di dunia, misal di AS,lebih tinggi dari pada di indonesia akan terjadi pelarian modal dari Indonesia ke AS,begitupun sebaliknya.

2.      Uang Beredar

Perkembangan suku bunga berhubungan erat dengan perkembangan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Jumlah uang yang bertambah dibarengi dengan tingkat suku bunga yang menurun,dan sebaliknya.

Akhir periode

M2

                    M1

Uang kuasi

Total

Kartal

Giral

2000

747.0

162,2

72,4

89,8

584,8

2001

844,1

177,7

76,3

101,4

666,3

2002

883,39

191,9

80,7

111,3

692,0

2003

955,7

223,8

94,5

129,3

731,9

2004

1.033,5

253,8

109,3

144,6

779,7       

2005

1.073,7

267,6

106,1

161,5

806,1

2006

1.282,3

361,0

151,0

210,1

921,3

2007

1.643,2

460,8

183,4

277,4

1.182,4

2008

1.883,9

466,4

209,4

257,0

1.417,5

Tabel diatas menjelaskan mengenai data perkembangan jumlah uang yang beredar didalam perekonomian nasional baik uang dalam arti sempit(M1) maupun uang dalam arti luas(M2). Selama periode 2000-2008. Pada tahun 2008 jumlah M2 tercatat mencapai hampir Rp.2000triliun, sedangkan jumlah kuasi di Indonesia sangat besar. Memang seiring dengan perkembangan sektor perbankkan atau keuangan secara umum yang semakin pesat di Indonesia dalam 3 dekade belakangan ini membuat posisi keuangan kuasi semakin kuat didalam perekonomian nasional. Seperti pada tahun 2000, jumlah uang kuasi hanya sekitar Rp.585triliun dan pada tahun 2008 sudah sedikit diatas 1.400triliun.
3.      Nilai tukar dan inflasi
Berdasarkan kekuatan pasar(tanpa intervensi dari BI), nilai tukar rupiah ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang asing dipasar valuta asing(valas) di Indonesia. Misalnya, dalam dollar AS ada dua sumber utama dari permintaan(pembelian) dan  penawaran(penjualan) dollar AS di Indonesia, yakni pedagang luar negeri terdiri atas ekspor(penjual dollar AS) dan impor(pembelian dollar AS). Pengalaman Indonesia dengan krisis keuangan asia 1997-1998 telah membuktikannya pada waktu itu modal asing jangka pendek dalam dollar AS meninggalkan Indonesia secara mendadak dan jumlah yang besar. Ditambah lagi dengan banyaknya orang indonesia pada waktu itu yang menukarkan uang rupiah mereka dengan uang dollar AS, jumlah pelarian modal menjadi tambah besar yang membuat permintaan terhadap dollar AS dipasar valas didalam negeri meningkat tajam, yang selanjutnya sesuai dengan mekanisme pasar membuat  nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami depresiasi yang besar. Memang melemahnya kurs rupiah, paling tidak secara teori,bisa berdampak positif tehadap pertumbuhan ekspor karena daya saing harga(dalam dolar AS)dari prodak-prodak indonesia di pasar global meningkat. Namun seperti telah di jelaskan sebelumnya, pengalaman selama krisis 1997-1998 tersebut ekspor indonesia tidak mengalami suatu peningkatan yang pesat seperti yang diharapkan wakti itu. Pengalaman tersebut menandakan bahwa pertumbuhan ekspor tidak hanya di tentukan oleh harga, melainkan juga oleh banyak faktor lain termasuk kualitas ,kapasitas produksi, jaringan pemasaran promosi dll.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar